Jumat, 13 Januari 2012

Bencana Alam

Zaman Kuno

Bencana alam yang dialami oleh manusia pada masa kuno tercatat dalam kitab suci, mitos, cerita-cerita rakyat,[5] Bencana alam yang terjadi di zaman kuno umumnya diketahui secara jelas lewat catatan sejarah dan hasil penelitian arkeologi.[6] Beberapa di antaranya:
Wabah Antonine, penyakit yang menyebar pada masa Kekaisaran Romawi tahun 165 M -189 M.[3] Dinamakan demikian karena salah satu korbannya adalah Marcus Aurelius Antoninus, kaisar Romawi. Dinamakan juga Demam Galen karena didokumentasikan dengan baik oleh Galen, seorang dokter Yunani.[3] Sejarawan meyakini bahwa Demam Antonine tidak lain adalah wabah cacar air yang dibawa oleh para serdadu Romawi yang pulang berperang dari timur.[3] Akibat wabah ini lebih dari 5 juta orang tewas di Kekaisaran Romawi.[3] Seorang sejarawan bernama Dio Cassius menulis bahwa di Roma sendiri, hampir 2000 orang meninggal setiap harinya.
Gempa Kreta dan Tsunami Alexandria, terjadi pada tanggal 21 Juli tahun 365.Dimulai dengan gempa bumi besar yang terjadi di dasar Laut Tengah dekat Pulau Kreta, Yunani, dengan kekuatan diperkirakan mencapai 8 skala richter atau lebih.[7] Gempa ini menghancurkan hampir seluruh kota di pulau tersebut yang kemudian diikuti tsunami besar yang melanda Yunani, Libya, Siprus, Sisilia dan Mesir.Catatan mengenai bencana alam ini paling baik terdokumentasikan di Alexandria (Iskandariah), Mesir Sejarawan Ammianus Marcellinus menuliskan dengan detail bagaimana air laut menghempas dan menghancurkan kota Alexandria.

Letusan Gunung Vesuvius, terjadi pada tanggal 29 Agustus 79 di Teluk Napoli, Italia. Banjir lahar yang ditimbulkan Gunung Vesuvius mengubur kota Pompeii dan Herculaneum yang berdekatan.[7] Awalnya dimulai dengan gempa bumi namun diabaikan oleh warga kota tersebut.[7] Namun akhirnya menjadi lebih besar diiringi muntahan debu, banjir lahar dan asap yang membumbung tinggi.[7] Kota Pompeii dan Herculaneum ditemukan pada tahun 1631 setelah dilakukannya pembersihan oleh warga setempat. Pada abad ke-20, keberadaan kota ini secara jelas terkuak dengan jasad-jasad manusia yang telah menjadi fosil utuh.
Erupsi Santorini, terjadi sekitar tahun 1645 SM.[8] Informasi bencana alam ini umumnya diketahui lewat penelitian arkeologi.[8] Diketahui bahwa tahun 1645 SM, gunung berapi yang meletus di Santorini menghancurkan permukiman di pulau tersebut beserta Pulau Kreta di dekatnya.[8] Pada zaman moderen, sisa-sisa peradaban manusia yang lenyap akibat bencana tersebut telah ditemukan dan masih terus dipelajari.[8]

Gempa Bumi dan Tsunami Helike, terjadi pada tahun 375 SM.[8] Bencana alam ini mengakibatkan kota Helike yang berada di Teluk Korintus, Yunani tenggelam ke dasar laut.[8] Korban jiwa tak diketahui.[8] Penelitian terhadap reruntuhan permukiman manusia zaman itu mulai dilakukan sejak akhir abad ke-19 dengan penemuan reruntuhan kota, jalan-jalan dan artefak.
Bencana Alam di abad 20 sampai abad 21

Bencana alam di abad ke-20 sampai 21

Pemanasan Global karena suhu yang meningkat drastis selama tahun 2000-2009.
Pada abad ke-20, beberapa bencana alam yang paling umum adalah kelaparan dan wabah.[2] Sejak awal abad ke-20, lebih dari 70 juta orang tewas akibat kelaparan, dengan korban 30 juta orang tewas selama masa kelaparan di Cina dari tahun 1958-1961.[2] Di Uni Soviet, beberapa kali terjadi kelaparan yang diakibatkan kebijakan kolektif Stalin yang membunuh jutaan orang.[2] Dalam sejarah, kelaparan telah mengakibatkan munculnya sifat buruk manusia seperti kekejaman dan kanibalisme.[2] Bencana alam terburuk lainnya pada abad ke-20 adalah wabah.[2] Pandemi terburuk terutama adalah menularnya Flu Spanyol di seluruh dunia dari tahun 1918-1919 yang membunuh 50 juta orang, lebih banyak daripada korban Perang Dunia I yang terjadi sebelumnya.
Pada abad ke-21, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana terkait iklim yang disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global).[10] Pemanasan global sebagian besar diikuti banjir, kekeringan, cuaca ekstrim dan musim yang tak bisa diramal.[10] Perubahan iklim berpotensi meningkatkan kemiskinan dan kerentanan dalam jumlah besar.[10] Pada saat yang sama bencana iklim semakin meningkat, lebih banyak manusia yang terkena dampaknya dikarenakan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.
Sumber :www.Wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar